Adolf Hitler dalam bukunya yang berjudul Mein Kampf mengatakan: “Setiap gerakan besar di dunia ini selalu dikembangkan oleh ahli-ahli pidato dan bukan oleh jago-jago tulisan” (Rakhmat, 1994).
Retorika dapat diibaratkan sebagi sebuah peluru kendali (rudal). Mengapa orang bisa begitu takut dengan sebuah rudal? Apakah karena bentuknya yang besar, panjang plus sangar? Jika ada sebuah rudal yang bentuknya panjang dan besar, namun kepala rudal itu hanya membawa serbuk petasan, apakah rudal itu akan menakutkan? Tentu rudal itu hanya akan membuat tertawa geli musuh-musuhnya.
Berbeda dengan sebuah rudal yang kecil dan mungil, namun kepalanya berisi nuklir. Bagaimana komentar Anda? Tentu rudal itu benar-benar akan dapat menggetarkan segenap perasaan musuh-musuhnya.
Begitu juga dalam dunia retorika, seseorang yang memiliki kemampuan retorika tertentu. Dia akan dapat membuat para pendengarnya tertawa terpingkal-pingkal, atau dapat juga membuat para penontonnya menangis tersedu-sedu. Demikian juga retorika itu ternyata dapat membuat dunia terguncang dengan dahsyatnya!
Apa kunci semua itu? Jawabannya sama, yaitu sangat ditentukan oleh isi kepala yang dibawa oratornya. Yaitu ide atau gagasan yang hendak dilemparkan di hadapan segenap pendengarnya.
Buku ini tidak hanya sekedar mengajarkan tentang ilmu retorika. Buku ini adalah buku retorika plus! Buku retorika yang diharapkan benar-benar dapat dijadikan pegangan bagi mereka yang menginginkan terjadinya perubahan di atas muka bumi ini. Kunci perubahan itu tidak lain adalah ide yang dahsyat, ide yang benar-benar akan dapat mengguncangkan seluruh isi muka bumi ini. Insya Allah!
Jaminan Buku Pasti sampai, jika tidak kami akan kirim ulang tanpa biaya ongkir
Anda menghemat waktu, tenaga & biaya, karena hanya tinggal memesan secara online
Transaksi mudah dan sederhana dengan sistem checkout yang simple
Customer service profesional, bersahabat, dan memberikan solusi terbaik untuk Anda
Rasa keingintahuan penulis yang besar membuatnya pernah menjadi santri kalong di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Rembang, santri di Pondok Pesantren Aji Mahasiswa Al Muhsin Yogyakarta. Aktivitas yang pernah digeluti semasa SMP dan SMA adalah di OSIS dan dipercaya memegang bidang kepramukaan, selama kuliah aktif di HMI dan sempat menjabat Ketua Umum Senat Mahasiswa di Fakultas Pertanian UGM.
Kesibukan penulis saat ini selain menjadi Direktur Keuangan dan Administrasi Syafa’at Marcomm, Dwi Condro juga menjadi Dosen tetap Ekonomi Islam di STEI Hamfara Yogyakarta, Pembimbing Konsultan Utama di Akademi Konsultan Bisnis Syariah CORe Islamic Economics, dan Menjadi Gurunya Pengusaha Muslim Indonesia
Lahir di Rembang pada tanggal 8 Februari 1967, saat ini Dwi Condro dikarunai tiga orang anak; Muh. Harisuddin Al Amin, Faza Fauziah Adhima, serta Muh. Wafiyuddin Attaqy, hasil buah cintanya dengan Alyna Tsalisa. Menamatkan SD, SMP, dan SMA di Rembang, Dwi Condro melanjutkan studinya dengan mengambil Program Studi Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada pada tahun 1986.
Selanjutnya pada tahun 1999 berhasil menyelesaikan Program Studi Ekonomi Islam di Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia dengan predikat Cum Laude. Tidak berhenti sampai di situ, pada tahun 2010 Dwi Condro juga berhasil menyelesaikan Program Doktor Falsafah (Ph.D) bidang ekonomi di Fakulti Ekonomi dan Perniagaan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).